Senin, 25 Februari 2013

Manakala hati menggeliat mengusik renungan
Mengulang kenangan saat cinta menemui cinta
Suara sang malam dan siang seakan berlagu
Dapat aku dengar rindumu memanggil namaku
Saat aku tak lagi di sisimu
Ku tunggu kau di keabadian
Aku tak pernah pergi, selalu ada di hatimu
Kau tak pernah jauh, selalu ada di dalam hatiku
Sukmaku berteriak, menegaskan ku cinta padamu
Terima kasih pada maha cinta menyatukan kita..

Ini adalah bait-bait lagu Cinta Sejati yang dibawakan oleh Bunga Cinta Lestari, lagu ini begitu menyentuh, ketika menyaksikan langsung filmnya. Begitu merdu dan menusuk kedalam dada, dalam hati ini terucap "andai kisah cintaku bisa seperti Habibie dan Ainun..."

Pembahasan cinta memang tidak ada habisnya. Sebagai seorang yang awam, berbicara cinta memang cukup sulit dan sangat membingungkan. Saya itu bukan sebagai praktisi dan juga bukan pencipta teori-teori cinta. Banyak yang bilang jika cinta itu buta, cinta itu segalanya, cinta itu kamu dan aku... apalah itu semua, tetapi yang jelas cinta versi saya adalah kesetiaan.

Cinta orang tua terhadap anaknya butuh kestiaan, cinta terhadap pasangan juga butuh kesetiaan. Kesatiaan itu diukur dari seberapa kuat, seberapa besar ia mau berkorban untuk orang yang ia cintai. Kecintaan orang tua (khususnya ibu) tak terbantahkan lagi kesetiaanya, karena yang berbicara antara anak dan orang tua adalah bukti. Saya bisa se-gede ini berkat cinta ibu...

Kesetiaan orang tua dalam mendampingi anaknya tak terputus oleh jarak, ruang bahkan waktu. Semuanya tampak begitu lekat dan kuat dan seolah menjadi sinyal ibu terhadap anaknya dimanapun keberadaannya. Inilah kekuatan ibu yang telah mengandung dan mengurus hingga dewasa, bahkan sampai berumahtangga pun ibu masih tetap menjadi orang pertama yang dimintai keridhaannya.

Cinta dan kesetiaan merupakan satu kesatuan yang utuh. Cinta adalah kesetiaan, kesetiaan adalah cinta. Mencintai berarti setia, jika cinta hanya bumbu bibir manis belaka maka kesetiaan itulah yang menjadi senjata sebagai ukurannya. Kesetiaan yang bagaimana yang dijadikan ukuran? lebih tepatnya adalah sejauh mana ia menerima yang ada dalam diri, dan rela tidak memilih orang yang kedua.

Kuncinya adalah Kesetiaan
Di zaman yang serba cepat dan praktis ini, godaan itu sangat bervariasi bahkan bertingkat-tingkat. Tak sedikit orang yang menjalin hubungan bertahun-tahun lamanya dan akhirnya menikah, setelah menikah malah bercerai. Fenomena seperti ini yang terjadi dan sudah menjadi tontonan sehari-hari. Jika dahulu mengaku setia, kenapa setelah menikah kesetiaan itu memudar bahkan hilang begitu saja? koreksi diri sendiri dan cari tahu kenapa ini bisa terjadi, jangan berdalih "bahwa kami sudah tidak cocok.." ucapan demikian seolah menafikan kesetiaan itu sendiri.

Saya kira, layak diacungi jempol karya Ir. Bj Habibie. Beliau tak merasa cukup menjadi orang nomer satu di indonesia, tak tangung-tanggung juga pernah menjabat wakli presiden dan sekaligus menjadi presiden pula walaupun cukup singkat. Tak ada habis ide beliau untuk merubah bangsa ini, hingga kisah hidup beliau mampu menginspirasi seluruh anak bangsa ini.

Kesetiaan itu adalah Habibie dan Ainun....

0 komentar:

Posting Komentar

PSI UIN SGD © 2011 - 2013 Oyonk